Minggu, 29 Agustus 2021

sejarah manuma

 SEJARAH MADRASAH ALIYAH NAHDLATUL ULAMA 05 GEMUH







Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MA NU) 05 Gemuh, sesuai dengan namanya adalah madrasah (sekolah) yang bernaung di bawah Lembaga Pendidikan Ma’arif NU. Hal tersebut merupakan bagian tidak terpisahkan dari sejarah lahirnya yang dibidani oleh ulama-ulama NU, tokoh masyarakat dan warga Nahdliyin.

MA NU 05 Gemuh terlahir didasari pada keinginan dan semangat yang heroik warga Nahdliyin di Gemuh yang menginginkan berdirinya sebuah sekolah menengah yang dapat menampung dan mendidik anak-anak NU. Kala itu, hal tersebut sangat urgen karena setelah pendirian MTs NU 08 Gemuh tahun 1979, dalam rentang waktu yang cukup lama di Kecamatan Gemuh tidak ada sekolah setingkat SLTA. Keberadaan MA NU 05 Gemuh diharapkan dapat menjadi sekolah yang dapat menampung lulusan SMP dan MTs di Kecamatan Gemuh sekaligus menjadi follow up terhadap persemaian generasi muda NU khususnya pendidikan Islam ala Ahlussunah wal jamah pasca dari MTs ataupun SMP.

Pada 17 Juli 1987, secara resmi MA NU 05 Gemuh berdiri, berlokasi di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Miftakhul Huda Desa Gebang, Kecamatan Gemuh dari tahun 1987-1989. Pemilihan Desa Gebang didasari pada letaknya yang strategis dan adanya sarana dan prasarana yang bias digunakan karena milik NU yaitu MDA Miftakhul Huda.

Selayaknya bayi yang baru lahir, MA NU 05 Gemuh masih berjalan tertatih-tatih dan jatuh bangun, setelah menepati MDA Miftakhul Huda Desa Gebang, selanjutnya pada tahun 1989-1991 MA NU 05 Gemuh pindah ke gedung KUA Kecamatan Gemuh yang dulu tepatnya di selatan masjid Al-Huda Gemuh yang dirasa lebih strategis, tetapi sekali lagi karena sarana dan prasarana yang kurang mendukung dan masih meminjam tempat pada lembaga lain, akhirnya MA NU 05 Gemuh waktu itu tetap belum beranjak dari titik yang belum menggembirakan.

Cerita “hijrahnya” MA NU 05 Gemuh dari satu tempat ke tempat lain, ternyata belum selesai juga, dilanjutkan perpindahan MA NU 05 Gemuh ke MTs NU 08 Gemuh dan sebagian lagi di MTs 09 Gemuh yaitu pada tahun 1991-1992, tetapi itupun belum selesai. Perpindahan selanjutnya setelah dari MTs 08 Gemuh dan MTs 09 Gemuh berpindah lagi ke kediaman K.H.M. Zakariya Anshori BA., pada tahun 1992-1993.

Di tengah-tengah nomadennya MA NU 05 Gemuh, MWC NU Kecamatan Gemuh kala itu sedang melakukan pembentukan panitia pembangunan gedung serbaguna NU, yang diketuai (alm) K.H. Faruq Mahfud Saifudin, B.A. (Ketua Tanfidziyah MWC NU Gemuh waktu itu), dibantu oleh Ky. A. Fadholi, K.H.M. Zakariya Anshori, B.A. dan Drs. H.A. Suud Chaer, M.Si., Tim kecil tersebut kemudian melakukan lobi-lobi untuk mendapatkan tanah atau gedung yang akan diwakafkan kepada MWC NU Kecamatan Gemuh.

Ringkas cerita lobi-lobi yang dilakukan tim kecil tersebut berhasil mendapatkan tanah dan gedung untuk diwakafkan kepada MWC NU Kecamatan Gemuh. Wakaf tersebut diberikan oleh H. Fahrudin, seorang ulama yang bermukim di Cirebon yang berasal dari Desa Pamriyan. Wakaf tersebut dari pihak MWC NU Kecamatan Gemuh, diwakili oleh Nadzir yang ditunjuk waktu itu yaitu K.H. Sachmad Afini.

Akhirnya, gedung serbaguna tersebut digunakan oleh MA NU 05 Gemuh untuk dijadikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) hingga sekarang ini.

Perkembangan MA NU 05 Gemuh sejak tahun 1993 sampai sekarang menunjukkan progresifitas yang membanggakan, betapa tidak, ketika diwakafkan sebagai gedung serbaguna MWC NU, kondisinya memang lumayan tapi belum maksimal untuk sebuah lembaga pendidikan, setelah melalui proses yang panjang MA NU 05 Gemuh yang dahulu sering di cerca sebagai kandang, sekarang telah menjelma menjadi sebuah sekolah yang layak yang terdiri dari 2 bangunan yang masing-masing 2 lantai, tidak cukup itu siswanya pun mulai tahun 2005 sampai sekarang sudah lumayan terdiri dari dua kelas disetiap tingkatanya sehingga total 6 kelas, tidak seperti dulu yang bias dihitung dengan jari.


Sabtu, 28 Agustus 2021

Materi SKI kls 10 MA

 PPL STIK 2021

Kelas x

Substansi dan Strategi Dakwah Rasulullah Saw Periode Makkah

Berbagai peristiwa dialami oleh Rasulullah Saw dalam masa remajanya sampai beliau diangkat menjadi Rasul. Pada saat Rasulullah Saw berusia 14 tahun terjadilah sebuah peperangan antara kaum Qurays dengan suku-suku lain yang bersekutu dengan suku Kinanah dengan suku Khawazin. Masa sebelum Islam lahir sering terjadi peperangan antar suku, dan menjadi budaya masyarakat jahiliyah. Kala itu Rasulullah Saw sempat ikut berperang melawan suku Hawazin. Perang tersebut dinamakan perang Fijar, dinamakan perang Fijar karena telah terjadi pelanggaran terhadap kesucian-kesucian Tanah Suci Makkah yang dianggap suci orang-orang Arab. Keikutsertaan Rasulullah Saw dalam perang tersebut menunjukan bahwa beliau sosok pemberani, satria dan pantang mundur. Rasulullah Saw pernah melakukan perjalanan dagang ke Negeri Syam pada usia dua puluh lima tahun untuk berdagang menjalankan dagangan milik Khadijah. Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita terpandang sekaligus saudagar yang kaya raya. Dia biasa bekerjasama dengan seseorang untuk menjalankan dagangannya dengan sistem bagi hasil. Khadijah mendengar akan kejujuran seorang pemuda bernama Muhammad, untuk itulah beliau tertarik bekerjasama dengannya. Begitulah sampai kemudian usaha dagang yang dijalankan oleh Muhammad mengalami keuntungan yang berlipat. Hingga pada saat Muhammad berusia 25 tahun, beliau menikah dengan Khadijah binti Kuwailid yang kala itu berusia 40 tahun. Dari pernikahan tersebut dikaruniai dua anak laki-laki dan empat anak perempuan. Kedua anak laki-laki yaitu al-Qasim dan Abdullah meninggal sebelum berusia remaja. Adapun anak perempuan nya Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum, dan Fatimah mereka semua masuk Islam dan pada akhirnya nnti mengikuti hijrah ke Madinah. Ketika Rasulullah Saw berusia 30 tahun terjadi peristiwa banjir yang mengakibatkan sebagian bangunan Ka‟bah terendam. Masyarakat Makkah berinisiatif untuk merenovasi sekeliling Ka‟bah hingga terjadilah perselisihan tentang siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad ke tempat semula. Rasulullah Saw menjadi orang yang menengahi perselisihan tersebut dengan meminta perwakilan masing-masing suku untuk memegang kain sorban yang di tengahnya sudah di letakkan Hajar Aswad lalu meletakkan secara bersamasama Hajar Aswad ke tempat semula. Begitulah cara Nabi Muhammad Saw menengahi sebuah persoalan dan kemudian menjadikan masyarakat tidak lagi berselisih. Sesungguhnya dari peristiwa demi peristiwa telah membuat Nabi Muhammad Saw dipercaya oleh penduduk Makkah hingga kemudian beliau mendapat gelar al-Amin. Beliau adalah sosok yang dipercaya untuk melindungi Rumah Allah Swt, nyawa dan jiwa manusia.

Tatkala Muhammad telah sampai pada usia kesempurnaanya yaitu 40 tahun, Allah Swt. menganugerahkan kepadanya kecenderungan berkhalwat atau menyendiri, agar ia menjauh dari hiruk-pikuk kehidupan jahiliyah untuk bertahannus (beribadah) kepada Allah Swt. Muhammad sering melakukan „Uzlah (mengasingkan diri) di Gua Hira dengan beribadah menurut agama Nabi Ibrahim As. Dalam keadaan bertahannus di Gua Hira, muncullah seseorang dan berkata kepada Muhammad “bergembiralah hai Muhammad, aku adalah Jibril, dan engkau adalah utusan Allah Swt untuk umat ini. Kejadian ini terjadi bertepatan pada tanggal 17 Ramadan tahun 13 sebelum Hijriyah atau bulan Juli tahun 610 Masehi. Malaikat Jibril berkata kepada Muhammad “bacalah” lalu Muhammad menjawab “aku tidak bisa membaca” demikian sampai tiga kali hingga malaikat jibril mendekap untuk ketiga kalinya dan akhirnya Muhammad mengucapkan (QS. Al-„Alaq [96] :1-5). Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, bergegaslah Muhammad pulang menemui Khadijah istrinya dengan keadaan gemetar. Setelah menceritakan perihal malaikat Jibril, Khadijah mengajak Muhammad menemui Waraqah bin Naufal yang merupakan saudara sepupunya. Waraqah bin Naufal merupakan pemeluk Nasrani yang taat dan sangat menguasai bahasa Ibrani juga mengetahui perihal rasul-rasul di antara orang-orang yang telah melihat kitab-kitab zaman dahulu. Muhammad menceritakan semua yang dialaminya ketika berada di Gua Hira kepada Waraqah bin Naufal. Dari mendengar penuturan Muhammad Waraqah mengatakan : “ini adalah anNamus (malaikat) yang pernah diturunkan kepada Nabi Musa a.s, Waraqah mengetahui bahwa utusan Allah Swt. kepada para nabi-Nya tiada lain hanyalah Malaikat Jibril. Maka dia yakin bahwa Muhammad adalah manusia pilihan yang diutus Allah Swt. untuk menjadi rasul selanjutnya". Setelah menerima wahyu pertama, Muhammad merasakan gundah gulana karena wahyu selanjutnya belum juga turun. Masa antara turunnya wahyu pertama dengan wahyu kedua sering disebut dengan masa fatrah. Dalam masa fatrah ini sekitar tiga puluh sampai empat puluh hari, ketika Rasulullah Saw sedang berjalan-jalan, tiba-tiba mendengar suara gemuruh dari langit. Beliau melihat sosok malaikat Jibril sedang duduk diantara langit dan bumi. Rasulullah Saw. merasa ketakutan karena mengingat kejadian di Gua Hira. Bergegas beliau pulang ke rumah dengan meminta istrinya untuk menyelimutinya, “selimutilah diriku, selimutilah aku”. Kemudian Allah Swt. menurunkan firman-Nya (QS.AlMuddatstsir[74]:1-7).

Kemudian Rasulullah Saw bangkit mengerjakan perintah Allah Swt yaitu menyeru kaum yang berhati keras dan tidak beragama untuk menyembah Allah Swt. Tugas ini merupakan perkara yang berat dan besar. Beliau harus berhadapan dengan berbagai tantangan dan masalah, antara lain perombakan sistem kebudayaan, sosial, kepercayaan penduduk Makkah dan meluruskan sistem sosial yang tidak adil. 

Dakwah Sembunyi-Sembunyi 

Rasulullah Saw memulai dakwahnya secara sembunyi-sembunyi, menyeru manusia untuk beriman kepada Allah Swt, menganut agama Tauhid dan mengenalkan bahwa Tuhan itu satu, yaitu Allah Swt. Dakwah secara sembunyi-sembunyi ini dilakukan untuk menghindari munculnya gejolak yang sangat mungkin terjadi di kalangan masyarakat. Beliau memulai dakwah kepada keluarga dan karib kerabatnya. Beliau mengetahui bahwa orang Quraisy sangat terikat, fanatik, dan kuat mempertahankan kepercayaan jahiliyyah. Dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3-4 tahun. Empat tahun pertama merupakan masa Rasulullah Saw mempersiapkan diri, menghimpun kekuatan dan mencari pengikut setia. Seiring dengan itu, wahyu yang turun pada masa itu secara umum bersifat mendidik, membimbing, membina, mengarahkan dan memantapkan hati dalam rangka mewujudkan kesuksesan dakwahnya. Rasulullah Saw dibekali dengan wahyu yang mengandung pengetahuan dasar mengenai sifat Allah Swt dan penjelasan mengenai dasar akhlak Islam. Selain itu, wahyu saat itu sebagai bantahan secara umum tentang pandangan hidup masyarakat jahiliyyah yang berkembang saat itu. Orang pertama yang menyatakan keislamannya (Assabiqunal Awwalun) adalah : 

a. Khadijah (istrinya) 

b. Ali bin Abi Thalib 

c. Zaid bin Haritsah (anak angkatnya) 

d. Abu Bakar (sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak) 

e. Ummu Aiman (pengasuh beliau sejak masa kecil) 

Melalui Abu Bakar, pengikut Rasulullah Saw bertambah, mereka adalah : 

a. Abd Amar bin Auf (kemudian berganti nama menjadi Abdur Rahman binAuf) 

b. Abu Ubaidah bin Jarrah 

c. Usman bin Affan 

d. Zubair bin Awwam

 e. Sa‟ad bin Abi Waqas 

f. Arqam bin Abi Al Arqam

 g. Fathimah bin Khattab 

h. Talhah bin Ubaidillah dan sebagainya. 


Dakwah Terang-terangan 

Tiga tahun lamanya Rasulullah Saw berdakwah secara sembunyi-sembunyi di rumah sahabat Arqam bin Abi Al Arqam. Penduduk Makkah banyak yang sudah mengetahui dan mulai membicarakan agama baru yang beliau bawa. Mereka menganggap agama itu sangat bertentangan dengan agama nenek moyang mereka. Pada waktu itu turunlah wahyu yang memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara terbuka dengan terang-terangan kepada seluruh masyarakat. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Hijr (15) : 94. Dengan turunnya ayat tersebut, Rasulullah Saw. mulai berdakwah secara terangterangan. Dakwah ini membuat seorang tokoh Bani Giffar yang tinggal di Barat Laut Merah menyatakan diri masuk Islam. Ia adalah : 

Abu Zar Al-Giffari. Atas perintah Rasulullah Saw kemudian Abu Zar Al-Giffari pulang untuk berdakwah di kampungnya. Sejak itulah banyak orang yang masuk Islam berkat Abu Zar AlGiffari. Melalui cara itu pula, Bani Daus juga masuk Islam. Orang pertama Bani Daus yang masuk Islam adalah Tufail bin Amr ad Dausi, seorang penyair terpandang di kabilahnya. Dengan demikian, Islam mulai tersebar di luar Makkah. Keberhasilan Rasulullah Saw dalam berdakwah mendorong kaum kafir Quraisy melancarkan tindakan kekerasan terhadap beliau dan pengikutnya. Di tengah meningkatnya kekejaman pemimpin kafir Quraisy, Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab, dua orang kuat Quraisy masuk Islam. Hal ini membuat kaum kafir Quraisy mengalami kesulitan untuk menghentikan dakwah Rasulullah Saw. Suatu ketika, Rasulullah Saw melakukan dakwah secara terbuka di Bukit Shafa dengan memanggil semua suku yang ada di sekitar Makkah. Untuk mengetahui apa yang akan disampaikan Muhammad, semua suku mengirimkan utusannya. Bahkan Abu Lahab, paman beliau pun hadir bersama istrinya (Ummu Jamil). Rasulullah Saw berseru, : ”Jika saya katakan kepada kamu bahwa di sebelah bukit ada pasukan berkuda yang akan menyerangmu, apakah kalian percaya ?”. Mereka menjawab, : ”Kami semua percaya, sebab kamu seorang yang jujur dan kami tidak pernah menemui kamu berdusta”. Rasulullah Saw kemudian berseru kembali, : ”Saya peringatkan kamu akan siksa di hari kiamat. Allah Swt menyuruhku untuk mengajak kamu menyembah kepada-Nya, yaitu Tuhanku dan Tuhanmu juga, yang menciptakan alam semesta termasuk yang kamu sembah. Maka tinggalkanlah Latta, Uzza, Manat, Hubal dan berhala- berhala lain sesembahanmu”. Mendengar seruan tersebut Abu Lahab mencaci maki seraya berkata, : ”Hari ini kamu (Muhammad) celaka. Apakah hanya untuk ini kamu mengumpulkan kami semua ?”. Selanjutnya Rasulullah Saw termenung sejenak memikirkan reaksi keras dari kaumnya yang menentang dakwahnya. Kemudian, turun wahyu yang menerangkan bahwa yang celaka bukanlah beliau, tetapi Abu Lahab sendiri. Allah Swt berfirman dalam (QS. Al-Lahab [111] ayat : 1-5). Setelah peristiwa di Bukit Shafa tersebut, para pemimpin Qurays bereaksi dengan melakukan sebagai berikut : 

a. Mendatangi Abu Thalib, paman yang mengasuh Rasulullah Saw. Mereka meminta Abu Thalib untuk mencegah kegiatan dakwah yang dilakukan keponakannya, tetapi tidak berhasil. 

b. Kaum kafir Quraisy mengutus Walid bin Mughirah dengan membawa seorang pemuda untuk ditukarkan dengan Muhammad Saw. mereka akan bangkit memerangi Rasulullah Saw. Ancaman keras ini nampaknya berpengaruh pada diri Abu Thalib. Lalu ia memanggil ponakannya untuk berhenti dari dakwahnya. Namun, Rasulullah Saw tetap tegar dan menolak permintaan pamannya dengan berkata, : “Demi Allah Swt, biar pun matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan menghentikan dakwah agama Allah Swt ini hingga agama ini menang atau aku binasa karenanya”. Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Rasulullah Saw meninggalkan Abu Thalib seraya menangis. Abu Thalib memanggilnya kembali, seraya berkata, “Wahai anak saudaraku ! Pergilah dan katakanlah apa yang kamu kehendaki (dakwah). Demi Allah Swt, aku tidak akan menyerahkanmu kepada mereka selamanya”. 

c. Mengutus Utbah bin Rabi‟ah, seorang ahli retorika untuk membujuk Rasulullah Saw. Mereka menawarkan tahta dan harta, asalkan beliau bersedia menghentikan dakwahnya. Tawaran itu pun ditolak keras oleh Rasulullah Saw. 

d. Melakukan tindakan kekerasan secara fisik terhadap orang yang masuk Islam. Budak yang masuk Islam disiksa dengan kejam seperti Bilal bin Rabah, Amir bin Fuhairah at Tamimi, Ummu Ubais, an Nadhiyah serta anaknya, Al Mu‟ammiliyah, dan Zinirah. Zinirah disiksa hingga matanya buta, sedang Ummu Amar bin Yair binti Kubath, budak wanita Bani Makhzum disiksa sampai mati. Bahkan Usman bin Affan pun pernah dikurung dan dipukuli dalam kamar gelap oleh saudaranya. Tekanan-tekanan ini ternyata tidak membuat Islam dijauhi. Sebaliknya, umat Islam semakin bertambah. Hal ini membuat Abu Jahal menekan kepada semua pemimpin Quraisy untuk melakukan pemboikotan kepada Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Isi surat pemboikotan itu adalah sebagai berikut : 

a. Muhammad dan kaum keluarga serta pengikutnya tidak diperbolehkan menikah dengan bangsa Arab Quraisy lainnya, baik laki-laki maupun perempuan. 

b. Muhammad dan kaum keluarga serta pengikutnya tidak boleh mengadakan hubungan jual beli dengan kaum Quraisy lainnya. 

c. Muhammad dan kaum keluarga serta pengikutnya tidak boleh bergaul dengan kaum Quraisy lainnya. 

d. Kaum Quraisy tidak dibenarkan membantu dan menolong Muhammad, keluarga ataupun pengikutnya.


Peristiwa-peristiwa Penting dalam Dakwah Rasulullah Saw Periode Makkah


Siksaan terhadap kaum muslimin bermula pada tahun ke-4 kenabian. Awalnya siksaan itu terlihat lunak. Namun, seiring berjalannya waktu, kaum kafir Qurays semakin gencar melakukan penyiksaan dan memuncak hingga pada tahun ke-5 kenabian. Selain penyiksaan yang dialami kaum muslimin hingga berujung perintah melaksakan hijrah, beberapa peristiwa penting juga terjadi selama Rasulullah Saw berdakwah di Makkah. 1. Hijrah ke Habasyah Melihat berbagai macam siksaan dan derita yang dialami oleh kaum muslimin, sementara beliau tidak bisa melindungi mereka, maka Rasulullah Saw berkata “tidakkah sebaiknya kamu sekalian pergi ke Habasyah ? Sesungguhnya disana ada seorang raja yang tidak ada seorangpun teraniaya di sisinya, tinggallah di negeri itu, sehingga Allah Swt memberi kemudahan dan jalan keluar dari apa yang kalian alami saat ini”. Pada tahun 615 M atau tahun ke 5 kenabian, berangkatlah kaum muslimin menuju Habasyah. Rombongan pertama dipimpin Usman bin Affan berjumlah 15 orang, yang terdiri dari 11 laki-laki dan 4 wanita. Kemudian, disusul rombongan yang kedua dipimpin Ja‟far bin Abi Thalib berjumlah hampir 100 orang. Kedatangan kaum muslimin ke Habasyah diterima oleh Raja Najasyi dengan baik. Mereka mendapat perlindungan dan bantuan bahan makanan. Perlakuan Raja Najasyiterhadap umat Islam tersebut membuat kaum kafir Quraisy sakit hati. Mereka mengutus Amru bin Ash dan Abdullah bin Rabi‟ah untuk menghadap Raja Najasyi. Kedua utusan itu berkata kepada Raja Najasyi, ”Wahai Raja! Mereka telah pergi dari negeriku dan datang ke negerimu. Mereka orang-orang yang bodoh. Mereka telah melepaskan agama nenek moyang kami dan telah masuk agama baru yang kami dan kamu tidak mengetahuinya. Maka kami diutus oleh pemimpin-pemimpin kami untuk minta kepadamu agar mereka dikembalikan kepada kami”. Raja Najasyi tidak mau memenuhi permintaan utusan itu sebelum mendengar keterangan dari kaum muslimin. Lalu, Raja Najasyi bertanya kepada umat Islam, ”Agama apakah yang menyebabkan kamu sekalian keluar dari agama nenek moyangmu dan tidak mau masuk agamaku ?”. Kaum muslimin yang diwakili Ja‟far bin Abi Thalib menjawab, ”Wahai Raja ! Kami dahulu orang Jahiliyyah, menyembah berhala, memakan bangkai, berbuat jahat, memutuskan hubungan persaudaraan, dan orang-orang kami memperbudak yang lemah. Lalu, datang utusan Allah Swt, yaitu seorang di antara kami (kaum Quraisy). Kami mengenal akhlaknya yang mulia, yaitu jujur, menepati janji, dan pemaaf. Beliau mengajak kami untuk menyembah Allah Swt Yang Esa, menyuruh kami berkata yang benar, bersikap jujur, adil, memenuhi amanah, menyambung persaudaraan, serta berbuat baik kepada tetangga. Beliau melarang kami berbuat jahat, berkata kotor, makan harta anak yatim dengan jalan yang tidak halal, dan menyekutukan Allah Swt. Maka kami menerima ajakannya untuk masuk Islam”. Kaum muslim mempersiapkan rombongan untuk berhijrah ke Habasyah dengan jumlah yang lebih banyak yaitu 83 orang laki-laki, 11 orang wanita Qurays dan 7 orang wanita asing. Akan tetapi hijrah yang kedua ini lebih berat tantangannya karena berbagai cara dilakukan oleh kaum kafir Quraisy untuk menggagalkannya. Melihat situasi seperti itu, Usman berkata “ Ya Rasulullah, kami telah berhijrah yang pertama kepada Najasy, dan kali ini yang kedua, tapi engkau tidak juga ikut bersama kami”. Rasulullah Saw berkata “ kalian berhijrah kepada Allah Swt dan kepadaku. Kalian mendapatkan kedua hijrah ini semuanya. “ kalau begitu cukup kami saja Ya Rasulullah”, kata Utsman. Mereka menetap di Negeri Habasyah dalam keadaan aman dan sentosa. Namun tatkala mereka mendengar tentang hijrahnya Rasulullah Saw ke Yasrib, maka pulanglah mereka ke Makkah untuk ikut serta dalam hijrah Rasulullah Saw keYatsrib. 

Amul Huzni 

Abu Thalib bin Abdul Muthalib adalah orang yang paling gigih membela dakwah Rasulullah Saw. Perlindungan dan bantuan dari Abu Thalib dalam dakwah Rasulullah Saw sangatlah totalitas. Ia adalah benteng yang melindungi dakwah Rasulullah Saw, meski ia tetap berpegang pada agama nenek moyangnya. Namun begitu, dalam Asad Al-Ghobah diceritakan , tatkala sakit Abu Thalib semakin parah, ia memanggil semua warga Bani Abdul Muthalib, lalu berpesan “ sesungguhnya kamu sekalian akan dalam keadan baik selagi kalian mendengan perkatan Muhammad dan mengikuti perintahnya. Karena itu, ikutilah dia dan percayailah dia, niscaya kalian akan selamat”. Setelah Abu Thalib meninggal, Rasulullah Saw berkata, “ semoga Allah Swt merahmatimu dan mengampunimu. Aku akan memintakan ampun untukmu, sampai Allah Swt melarangku”. Tidak berselang lama dari meninggalnya Abu Thalib, Siti Khadijah istri tercinta Rasulullah Saw pun meninggal dunia. Khadijah wafat pada bulan Ramadhan pada tahun ke 12 kenabian dalam usia 65 tahun. Dengan meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah, musibah demi musibah datang bertubi-tubi, karena keduanya adalah orang yang sangat gigih membela dan melindungi beliau. Sejak saat itu kaum kafir Quraisy semakin gencar melancarkan gangguan kepada Rasulullah Saw. tahun meninggalnya Abu Thalib dan Siti Khadijah disebut dengan Amul Huzni atau tahun kesedihan. 3. Isra Mi’raj Peristiwa Isra Mi‟raj terjadi satu tahun sebelum hijrah, tepatnya pada malam senin 27 Rajab setelah Rasulullah pulang dari perjalanannya ke Tha‟if. Isra secara bahasa artinya perjalanan malam, adapun menurut istilah yaitu perjalanan Rasulullah Saw pada satu malam dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis di Palestina. Mi‟raj adalah naiknya Rasulullah Saw dari Masjidil Aqsha menuju ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah Swt. Isra Mi‟raj merupakan pertolongan dari Allah Swt sekaligus hiburan dari Allah Swt atas kesedihan Rasulullah Saw karena ditinggal dua orang terkasihnya yaitu Abu Thalib dan Siti Khadijah. Allah Swt menceritakan peristiwa Isra Mi‟raj ini dalam QS. Al-Isra‟ (17) : 1.  

Ada perbedaan pendapat mengenai penetapan kapan waktu kejadian tersebut berlangsung, yaitu sebagai berikut : 

1. Menurut Ath-Thabari, Isra terjadi pada tahun tatkala Allah memuliakan beliau dengan nubuwwah. 

2. Menurut An-Nawawi dan Al-Qurtubi, Isra terjadi lima tahun setelah diutus sebagai rasul. 

3. Al-Allamah Al-Manshurfuri berpendapat, Isra terjadi pada malam tanggal 27 bulan Rajab tahun ke-10 dari kenabian. 

4. Pendapat lain mengatakan, Isra terjadi pada enam bulan sebelum hijrah atau pada bulan Muharram tahun ke-13 dari kenabian. 

5. Ada yang berpendapat, Isra terjadi setahun dua bulan setelah hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun ke 13 kenabian. 

6. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Isra terjadi setahun dua bulan setelah hijrah atau pada bulan Rabi‟ul Awwal tahun ke-13 kenabian. 


Tiga pendapat yang pertama tertolak, dengan pertimbangan bahwa Khadijah r.a. meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun ke-10 dari kenabian. Sementara pada saat meninggalnya belum ada kewajiban shalat lima waktu. Sedangkan tiga pendapat lainnya tidak ada satu pun yang menguatkannya. Hanya saja kandungan AlIsra menunjukan bahwa Isra terjadi pada masa-masa akhir. Dalam perjalanan Isra Mi‟raj ini malaikat mendatangi beliau dengan membawa Buroq, kemudian Jibril menaikkan beliau keatas Buraq dan mengajaknya melakukan perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha dan dinaikkan ke langit untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Dalam perjalanan ke Sidratul Muntaha Rasulullah Saw dan Malaikat Jibril singgah di tujuh lapis langit dan dipertemukan dengan para nabi terdahulu. Lalu Rasulullah Saw naik lagi menuju Baitul Ma‟mur, yang setiap harinya dimasuki 70.000 malaikat yang tidak keluar lagi darinya. Kemudian diangkat lagi untuk menghadap Allah Swt yang maha perkasa dan mendekat kepadanya. Lalu Allah Swt mewahyukan apa yang dikehendaki dan Allah Swt mewajibkan shalat sebanyak 50 rakaat. Setelah itu Rasulullah Saw bertemu dengan Nabi Musa As, dan menyampaiakan tentang perintah shalat 50 rakaat tersebut, Nabi Musa As berkata “sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya, sehingga pada akhirnya Allah Swt memerintahkan kepada umat Rasulullah Saw untuk melaksanakan shalat sebanyak 5 waktu. Sebenarnya Nabi Musa As memerintahkan kepada Rasulullah Saw untuk kembali meminta keringanan kepada Allah Swt, namun Rasulullah Saw menjawab “Aku sangat malu kepada Rabb-ku, aku sudah Ridha dan menerima perintah ini” beberapa saat kemudian terdengar seruan “ Aku telah menetapkan kewajiban dan telah kuringankan bagi hamba-Ku”. Peristiwa Isra Mi‟raj ini tidak serta merta dapat diterima kebenarannya oleh kaum kafir Quraisy, Abu Bakar adalah orang pertama yang mempercayai kebenaran peristiwa tersebut, kemudian diberi gelar Ash-Shiddiq. Kafir Quraisy terus saja meminta bukti kebenaran Isra Mi‟raj kepada Rasulullah Saw, kemudian Rasulullah Saw menunjukan bukti bahwa dalam perjalanan Isra Mi‟raj ia melihat kafilah dari penduduk Makkah dalam perjalanannya dan akan tiba di Makkah esok hari. Setelah benar datang kabilah tersebut pada esok harinya, kaum kafir Quraisy tetap saja tidak mempercayai peristiwa Isra Mi‟raj tersebut dan menuduh Rasulullah Saw sebagai seorang peramal. 4. Hijrah ke Yatsrib Setelah peristiwa Isra Mi‟raj ada satu perkembangan besar bagi kemajuan kaum muslimin yang datang dari penduduk Yatsrib. Mereka melaksanakan ibadah haji ke Makkah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Pada musim haji selanjutnya, terdiri dari dari orang-orang Yatsrib berjumlah 73 orang, atas nama penduduk Yatsrib mereka meminta kepada Rasulullah Saw untuk berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela Rasulullah Saw dari segala macam ancaman, dan kemudian Rasulullah Saw menyetujui baiat Aqabah dua setelah pada tahun kesebelas kenabian menyetujui adanya Baiat Aqabah pertama. a. Baiat Aqabah Ula Ketika musim haji tiba, Rasulullah Saw menggunakannya untuk menyampaikan dakwah kepada jamaah haji yang datang dari seluruh penjuru Arab. Di antara mereka terdapat orang-orang Yatsrib dari suku Aus dan Khazraj. Kedua suku ini sering mendengar berita dari orang-orang Yahudi bahwa Nabi akhir zaman akan segera datang. Pada musim haji tahun ke 11 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 M, 12 orang dari suku Aus dan Khazraj berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Mereka bertemu dengan Rasulullah Saw di Aqabah (Mina) dan menyatakan baiat (sumpah setia). Baiat itu kemudian dikenal dengan sebutan Baiat Aqabah I atau disebut Baiatun Nisa‟, karena di antara yang ikut baiat ada seorang wanita, ia bernama Afra binti Abid binti Sa‟labah. Ada 6 pokok persoalan penting yang menjadi sumpah setia dalam Baiat Aqabah I adalah : 

a) Mereka tidak akan menyekutukan Allah Swt dengan sesuatu apapun. 

b) Mereka tidak akan mencuri. 

c) Mereka tidak akan berzina. 

d) Mereka tidak akan membunuh anak-anaknya. 

e) Mereka tidak akan berbuat fitnah, dusta dan curang.

 f) Mereka tidak akan mendurhakai Rasulullah Saw.

 Ketika mereka pulang ke Yatsrib (Madinah), Rasulullah Saw mengutus Mus‟ab bin Umair menyertai mereka. Mus‟ab bin Umair mendapat tugas mengajarkan Islam kepada penduduk Yatsrib. Dengan demikian, agama Islam semakin bersinar di Yatsrib. Penduduk berbondong-bondong masuk agama Islam, sehingga jumlah kaum muslimin semakin bertambah. b. Baiat Aqabah Tsani Pada tahun ke 12 kenabian, bertepatan tahun 622 M, serombongan kaum muslimin dari Yatsrib berangkat menuju Makkah untuk menunaikan ibadah Haji. Mereka berjumlah 75 orang, terdiri atas 73 orang laki-laki dan 2 orang wanita. Mereka segera menghadap Rasulullah Saw dan meminta diadakan pertemuan pada hari Tasyrik di Mina. Pada malam yang telah ditentukan, mereka keluar kemahnya secara sembunyi-sembunyi menuju Aqabah (tempat melempar jumrah). Tidak lama kemudian, Rasulullah Saw datang disertai pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib yang waktu itu belum masuk Islam tetapi tidak pernah memusuhi Islam. Adapun isi dari perjanjian Aqabah II adalah :

 a) Penduduk Yatsrib siap membela Islam dan Rasulullah. 

b) Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan jiwa. 

c) Penduduk Yatsrib ikut berusaha memajukan agama Islam dan menyiarkan kepada sanak keluarga mereka. 

d) Penduduk Yatsrib siap menerima risiko dan segala tantangan.


Soal kls 10


1.Apa yang dimaksud perang fijar?

2.dakwah nabi secara sembunyi sembunyi dilalukkan dengan cara

3.berapa jumlah kaum muslim yang berhijrah ke habasyah?sebutkan secara rinci

4.sebutkan pengertian singkat ammul huzni?

5.sebutkan isi dari baiat/perjanjian aqobah II?

Asma ul husna akidah akhlak kelas XII

  1.Kata al-‘Afuww العَفُوُ berarti Allah Maha memafkan kesalahan hambanya. Dengan nama ini, kita harus meyakini bahwa Allah akan memaafkan...